KARAKTERISTIK ALTERASI DAN MINERALISASI CEBAKAN TEMBAGA DI DAERAH SETELUK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SUMBAWA BARAT, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

THE CHARACTERISTIC OF ALTERATION AND MINERALIZATION OF COPPER DEPOSITS IN SETELUK AREA AND ITS SURROUNDING, WEST SUMBAWA DISTRICT, WEST NUSA TENGGARA PROVINCE

  • Bambang Nugroho Widi Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi
  • Edya Putra Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi
Kata Kunci: Epitermal, sulfidasi tinggi, sulfidasi rendah, mineralisasi, alterasi, Seteluk, Sumbawa Barat

Abstrak

Penyelidikan dilakukan dengan latar belakang adanya pertambangan emas rakyat di sekitar daerah penyelidikan. Tujuan kegiatan yaitu untuk mengetahui kemenerusan dan tipe mineralisasi yang sudah ditemukan sebelumnya di luar daerah penyelidikan. Metoda yang digunakan meliputi pemetaan geologi dan pemercontoan geokimia sedimen sungai, batuan dan konsentrat dulang. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Kimia dan Fisika PSDMBP meliputi analisis kimia metoda AAS, pemeriksaan petrografi, mineragrafi, mineralogi butir dan Spec-Terra. Mineralisasi di daerah Seteluk dan sekitarnya merupakan salah satu bentuk mineralisasi yang menarik terjadi pada batuan intrusi granodiorit, vulkanik dan batuan sedimen. Ada tiga bentuk indikasi mineralisasi yaitu; pertama, mineralisasi epitermal sulfidasi rendah, ditandai oleh adanya urat kuarsa menerobos zona argilik (ilit, monmorilonit, dan kaolinit) pada batupasir dengan asosiasi mineral nya kalkopirit, sfalerit, galena dan pirit. Kedua, mineralisasi epitermal sulfidasi tinggi ditandai oleh adanya silika masif dimana terdapat struktur vuggy silica setempat sulfur dengan mineral alterasi pirofilit, jarosit, dan sulfidanya pirit. Ketiga, indikasi porfiri diperkirakan terjadi pada granodiorit dengan ciri utama teralterasi epidot, klorit disertai veinlet dan bintik-bintik magnetit. Mineral logam yang teridentifikasi memiliki asosiasi magnetit, ilmenit, kalkopirit, galena, sfalerit, kovelit dan oksida besi. Hasil analisis kimia batuan menunjukkan kadar Au tertinggi 98 ppb; Cu 774 ppm, Pb 7993 ppm dan Zn 23007 ppm. Indikasi mineralisasi Au dan Cu juga diketahui dari hasil pendulangan berupa butiran emas dan kalkopirit dengan prosentase butiran kalkopirit mencapai 53%. Pola alterasi dan mineralisasi menunjukkan munculnya magnetit disertai ilmenit, kalkopirit dan pirit pada intrusi granodiorit diperkirakan merupakan zona potasik (?) kemudian ke arah luar zona silika, argilik lanjut, zona argilik dan terluar zona propilit. Wilayah ini diperkirakan merupakan sistim mineralisasi tipe porfiri (?) di bagian dalam, kemudian diikuti oleh mineralisasi epitermal sulfidasi tinggi dan kemudian sulfidasi rendah dengan pusat mineralisasi diperkirakan masih berada di bawah permukaan.

##plugins.generic.usageStats.downloads##

##plugins.generic.usageStats.noStats##

Referensi

Alpers C. N., Nordstrom D. K. and Ball J. W. (1989) Solubility of jarosite solid solutions precipitated from acid mine waters, Iron Mountain, California. U.S.A. Sci. Geol. Bull. 42, 281–298.

Antonio Arribas, 1995, Characteristics of high-sulfidation epithermal deposits, and their relation to magmatic fluid, The University of Texas at El Paso, Texas, U.S.A.

Browne, P.R.L., Ellis, A.J., 1970: The Ohaki-Broadlands hydrothermal area, New Zealand: Mineralogy and related chemistry. American Journal. of Science 269, 97-133.

David L.H And Julienne K, 2001, Zonation of Alteration Facies at Western Tharsis, Implication for the Genesis of Cu-Au, Deposits Mount Lyell Field, Western Tasmania, Economic Geology Vol 96, pp.1123-1132

Hedenquist, J.W., 1996, Epithermal gold deposits: style, characteristics and exploration, Resources Geology Spec. Issue No1.

Heinrich, E.W. 1965, Microscopic Identification of Minerals, Glasgow USA.

Mangga, S A Sudradjat, S., dan Suwarna N., 1998, Geologi Lembar Sumbawa Barat NusaTenggara, PPPG, Bandung.

Pirajno, Franco, 2016, Hydrothermal mineral system, Module Training ‘Exploration and Development of Mineral Resources’, KIGAM South Korea.

Sillitoe, R.H., 1999a, Styles of high-sulphidation gold, silver and copper mineralization in the porphyry and epithermal environments, in Weber, G., ed., Pacrim ’99 Congress, Bali, Indonesia, 1999, Proceedings: Parkville, Australasian Institute of Mining and Metallurgy, p. 29-44.

Simanjuntak, T.O. and Barber, A.J., 1996, Contrasting Tectonic Styles In The Neogene Orogenic Belts of Indonesia, Tectonic Evolution of Southeast Asia, Geological Society Special Publication, vol. 106, no. 1, hal. 185-201.

Stoffregen, R. (1987) Genesis of Acid-Sulfate Alteration and Au-Cu-Ag Mineralization at Summitville, Colorado. Economic Geology, 82, 1575-1591

Stoffregen R. E., Alpers C. N. and Jambor J. L. (2000) Alunite–jarosite crystallography, thermodynamics, and geochronology. Soc. Am. Rev. Mineral. Geochem. 40, pp. 453–479

Sudradjat A, S.,Mangga, A, dan Suwarna N., 1998, Geologi Lembar Sumbawa Barat Nusa Tenggara, PPPG, Bandung

Syuhada, D. Hananto, Chalid I. Abdullah, Nanang T. Puspito, Tedi Yudistira and Titi Anggono 2017, Study on 2-D Crustal Shear Wave Splitting Tomography along The Sunda-Banda Arc Transition Zone Chalid Earth and Environmental Science, vol 62

Taylor, R.D., Hammarstrom, J.M., Piatak, N.M., and Seal II, R.R., 2013, Arc-related porphyry molybdenum deposit model: Chapter D in Mineral deposit models for resource assessment: U.S. Geological Survey Scientific Investigations Report USGS Numbered Series 2010-5070-D

Diterbitkan
2021-12-29
Bagian
Buletin Sumber Daya Geologi