UPAYA KONSERVASI BAHAN GALIAN DALAM PENGELOLAAN EMAS ALUVIAL DENGAN CARA PERTAMBANGAN SEKALA KECIL DI KABUPATEN NABIRE, PROVINSI PAPUA

  • Denni Widhiyatna Pusat Sumber Daya Geologi
Kata Kunci: penambangan emas aluvial, cebakan emas aluvial, pendulangan, pertambangan

Abstrak

Kegiatan penambangan/pendulangan emas aluvial di Kabupaten Nabire dilakukan oleh masyarakat Papua dan suku pendatang pada tanah residual, endapan aluvial tua dan endapan sungai aktif (aluvial muda). Besarnya potensi cebakan emas aluvial ditunjukkan dengan tersebarnya lokasi penambangan emas antara lain di Topo, Kilo, Centrico, Siriwo, Musairo-Legare, Wanggar,
Siriwini dan Wapoga. Secara umum, metode penambangan emas aluvial dilakukan berdasarkan kondisi endapan aluvialnya, antara lain :
a. Pendulangan pada endapan sungai aktif (aluvial muda) yang dilakukan pada badan badan sungai dengan menggunakan peralatan sederhana seperti dulang atau wajan,linggis, sekop, cangkul dan ayakan.

b. Metode tambang bawah tanah berupa sumuran dan lubang terowongan mirip lubang tikus atau sistem “gophering” untuk mengambil material aluvial tua atau tanah yang dekat dengan batuan dasar yang diperkirakan merupakan lapisan mengandung emas. Selanjutnya material yang diperoleh didulang di sekitar lokasi lubang tambang.

c. Metode tambang semprot yang menggunakan mesin berkekuatan 5,5 PK/unit untuk menambang emas pada aluvial tua atau tanah lapukan, selanjutnya material tersebut diolah ke dalam “sluice box” yang kemudian mineral-mineral berat yang tertinggal dalam sluice box di dulang untuk memperoleh emas
Hasil perhitungan sumber daya hipotetik emas aluvial di beberapa lokasi antara lain endapan sungai aktif di Sungai Topo sebanyak 3,101 kg, pada endapan aluvial tua Blok Kilo 62-64 sebanyak 7,001 kg, endapan sungai aktif Sungai Jernih 1,057 kg, endapan sungai aktif Sungai Musairo 2,703 kg, endapan aluvial tua di daerah Palang sebanyak 2,74 kg dan pada endapan aluvial tua di daerah
Sungai Musairo 16,44 kg Pertambangan Sekala Kecil merupakan cara pengelolaan yang dapat diterapkan di daerah ini dengan melakukan penyempurnaan pada sistem penambangan dan pengolahan yang telah ada,
kondisi ini disebabkan karena potensi sumber daya hipotetik emas aluvial di daerah kegiatan memiliki dimensi yang relatif kecil, infrastruktur yang belum mendukung, jenis endapan dangkal sebaiknya dikelola oleh masyarakat sehingga dengan cara penambangan yang telah ada dan sederhana dapat melibatkan masyarakat di sekitarnya dan lebih ekonomis. Penyelidikan lebih rinci perlu dilakukan di daerah ini karena adanya endapan sekunder umumnya disebabkan oleh keberadaan cebakan primer yang besar yang mengalami pelapukan dan tertransportasi. Selain itu dengan melakukan penyelidikan lebih rinci akan dapat diketahui potensi sumber daya mineral secara lebih detil dengan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi.

##plugins.generic.usageStats.downloads##

##plugins.generic.usageStats.noStats##

Referensi

Aspinal Clive, IIED, 2001, Small Scale Mining in Indonesia, Jakarta.

Aziz,S, 1999, Aplikasi Geologi Kuarter untuk Explorasi Sumber Daya Mineral, Geologi Teknik dan Tata Lingkungan, Universitas Padjadjaran, Bandung.

Blackie, 1991, Gold Metallogenic and Exploration, Leicester Place, London.

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2000, Penanggulangan Masalah Pertambangan Tanpa Izin (PETI), Jakarta.

Dinas Pertambangan DT.I Prop Irian Jaya dan Lembaga Penelitian ITB, 1998, Pemetaan Wilayah dan Pembinaan Pengembangan Rakyat di Kabupaten DATI II Manokwari dan Nabire,Bandung.

Djunaidi Djoni.A, dkk, 1997, Perencanaan Reklamasi Pasca Tambang di Tambang Karya Timah Belitung, PPTM, Bandung

Dow,D.B, Harahap.B.H, Hakim.S.A, 1990, Geologi Lembar Enarotali, Irian Jaya, Pusat Penelitian Pengembangan Geologi, Bandung.

Hartman L Howard, 1987, Introductory Mining Engineering, John Willey & Sons, Canada.

Macdonald Eoin H, 1983, Alluvial Mining, The Geology, technology and economics of placers, Chapman and Hall, London.

Pusat Sumber Daya Geologi, 2004, Konsep Pedoman Teknis Penentuan Bahan Galian Lain dan Mineral Ikutan Pada Pertambangan Emas Aluvial, Bandung.

Pusat Sumber Daya Geologi, 2005, Konsep Pedoman Teknis Inventarisasi Bahan Galian Tertinggal Pada Wilayah Bekas Tambang Emas Aluvial, Bandung.

Siriwo Mining.P.T, August 2001, Report of First Year Exploration Period July 27, 2000 to July 26, 2001 and Proposed Work Programe and Budget of Exploration Period 2001/2002,Jakarta.

Siriwo Mining.P.T, September 2001, Termination Report (Laporan Terminasi) Contract of Work PT.Siriwo Mining, Paniai Regency, Irian Jaya Province. Jakarta.

Sumarsono, 1992, Bimbingan Teknis Penambangan Emas Alluvial di Sekonyer Kalimantan Tengah, PPTM, Bandung.

Webb, Hawke, 1962 , Geochemistry in Mineral Exploration, Harper & Row Publisher, New York.

Dit Pembinaan Pengusahaan Pertambangan dan LPM-ITB, 1997, Proyek Pengembangan Pertambangan Sekala Kecil, Rencana Induk pengembangan Pertambangan Skala Kecil.

Bagian
Buletin Sumber Daya Geologi