Bahasa Inggris KORELASI ANTARA PEMODELAN INVERSI 3-D MAGNETOTELLURIK DENGAN DATA SUMUR DI LAPANGAN PANAS BUMI PATUHA

CORRELATION BETWEEN 3-D MAGNETOTELLURIC INVERSION MODEL WITH DRILLING DATA IN PATUHA GEOTHERMAL FIELD

  • Chevy Iskandar Universitas Indonesia
  • Yunus Daud Universitas Indonesia
Kata Kunci: Inversi 3-D, Magnetotellurik (MT), Patuha, Panas Bumi, Sumur

Abstrak

Lapangan Panas Bumi Patuha terletak di Jawa Barat, Indonesia dan saat ini dikelola oleh PT Geo Dipa Energi (Persero) yang mulai beroperasi sejak September 2014 dengan kapasitas terpasang pembangkit 1x60 MW. Sampai saat ini, lapangan Panas Bumi Patuha Unit I sudah beroperasi selama hampir 7 tahun. Secara umum, kondisi sumur-sumur produksi saat ini sudah mengalami natural decline, sehingga terjadi pengurangan kapasitas produksi terhadap produksi awal. Hal ini menyebabkan suplai uap ke Power Plant Unit I menjadi tidak optimal, sehingga dibutuhkan sumur make-up. Selain itu, untuk mendukung penambahan kapasitas produksi listrik dari energi panas Bumi di Indonesia, Lapangan Panas Bumi Patuha juga merencanakan untuk melakukan pengembangan lapangan Unit 2 dan 3. Namun, dalam menentukan lokasi pengeboran sumur produksi baik untuk make-up maupun rencana pengembangan, masih memiliki resiko cukup tinggi, khususnya di area pengembangan yang sumur-sumur produksi dan injeksinya terkonsentrasi di area timur WKP Patuha. Data geofisika khususnya Magnetotellurik (MT) memiliki peranan yang sangat penting mengingat keterbatasan data dan jumlah sumur yang ada, belum melingkupi keseluruhan prospek area Patuha. Untuk mengetahui kondisi bawah permukaan dan melihat korelasi antara model MT dengan hasil pengeboran sumur, dilakukan penambahan survei MT dan TDEM dengan jumlah 100 titik yang tersebar di bagian timur dan barat area Patuha. Mengingat kompleksitas kondisi bawah permukaan di daerah ini, pemodelan dengan inversi 3-D MT akan menjadi pendekatan yang paling representatif untuk mendelineasi sistem panas-buminya. Hasil dari struktur resistivitas bawah permukaan yang didapatkan dari hasil inversi 3-D MT, menunjukkan korelasi yang baik dengan data sumur terutama dalam memetakan distribusi temperature, baik secara vertikal maupun horizontal. Secara umum, resistivitas bawah permukaan terdiri dari lapisan penudung (< 10 ohm-m) di bagian atas yang menutupi zona reservoir dengan nilai resistivitas yang sedikit lebih tinggi (20–60 ohm-m). Zona konduktif (< 10 ohm-m) berkorelasi dengan Base of Conductor (BOC) sumur yang ditunjukkan dengan kehadiran mineral argilik. Zona nilai resistivitas sekitar 15-20 ohm-m, berkorelasi dengan Top of Reservoir (TOR) sumur produksi atau sumur injeksi yang ditandai dengan adanya temperatur konvektif. Selain daripada itu, pada hasil pemetaan resistivitas 3-D MT terdapat korelasi yang sangat baik juga dalam penentuan batas reservoir yang ditandai dengan keberadaan reverse temperature dari sumur. Hasil tersebut diharapkan dapat menjadi acuan dalam memberikan tingkat kepercayaan yang lebih tinggi untuk menentukan target dan prognosis sumur pemboran terutama di area yang jumlah sumurnya masih terbatas.

##plugins.generic.usageStats.downloads##

##plugins.generic.usageStats.noStats##

Referensi

Arnason, K., 2015. The static shift problem in MT soundings. Geothermics 39, 13-34.

Cumming, W., & Mackie, R. 2010. Resistivity Imaging of Geothermal Resources Using 1D, 2D and 3D MT Inversion and TDEM Static Shift Correction Illustrated by a Glass Mountain Case History. Proceedings of World Geothermal Congress 2010, Bali, Indonesia.

Daud Y., Darma, S., Nuqramadha, W. A., Pratama, S. A., Fahmi, F.: Applying Innovations in MT Technology for Reducing Geothermal Exploration Risks, Proceedings of 39th New Zealand Geothermal Workshop, Rotorua, New Zealand (2017).

Daud Y., Nuqramadha, W. A., Fahmi, F., Sesesega, R. S., Fitrianita, Pratama, S. A., Munandar, A. 2019. Resistivity Characterization of the Arjuno-Welirang Volcanic Geothermal System (Indonesia) through 3-D Magnetotelluric Inverse Modeling, Journal of Asian Earth Sciences. 174. 10.1016/j.jseaes.2019.01.033.

Daud, Y., Nuqramadha, W. A., Fahmi, F., Ismail, M.L. 2020. Optimizing MT Imaging Technology for Reducing Geothermal Drilling Risks, Proceedings World Geothermal Congress 2020, Reykjavik, Iceland.

Elfina. 2017. Updated Conceptual Model of the Patuha Geothermal Field, Indonesia. UNU-GTP, Iceland, report.

Hamilton, W. 1979. Tectonics of the Indoensian region. USGS Professional Paper, 1078.

Koesmono, M., Kusmana, and Suwarna, N. 1996. Geological map of the Sindangbarang and Bandarwaru quadrangles, Java (2nd ed.). Geological Research and Development Centre, Indonesia.

Layman, E.B., dan Soemarinda, S. 2003. The Patuha vapor-dominated resource West-Java, Indonesia. Proceedings, 28th Workshop on Geothermal Reservoir Engineering 2003, Stanford, California.

Pratama, S.A., Daud, Y., Fahmi, F., dan Darusman, C.A. 2015. Integrated Analysis of Magnetotelluric and Gravity Data for Delineating Reservoir Zone at Patuha Geothermal Field, West Java, Proceedings of Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition 2015, JCC, Indonesia.

Simpson, F. & Bahr, K. 2005. Practical Magnetotelluric, Cambridge University Press.

Siripunvaraporn, W., Egbert, G., Lenbury, Y., and Uyeshima, M. 2005. Three-dimensional magnetotelluric inversion: Data-space method, Physics of The Earth and Planetary Interiors - Phys earth planet interiors. 150. 3-14. 10.1016/j.pepi.2004.08.023.

Diterbitkan
2022-06-30
Bagian
Buletin Sumber Daya Geologi