KETERKAITAN KELIMPAHAN UNSUR MAJOR DAN MINOR DENGAN ZONASI LATERIT NIKEL BLOK HZ (HARZBURGIT) DAN DN (DUNIT) DAERAH PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR

  • Fiandri Indragunawan Rinawan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, ITB
  • Mega Fatimah Rosana Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Bandung
  • Mohammad N Heriawan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, ITB
  • Euis Tintin Yuningsih Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Bandung

Abstract

Keterkaitan kelimpahan unsur pada profil laterit nikel dilakukan berdasarkan hasil analisis kimia unsur major (Fe, SiO2, MgO, dan Al2O3) dan minor (Ni, Co, MnO, dan Cr2O3) menggunakan analisis univariat dan multivariat. Profil berupa tanah atau hancuran batuan hasil lapukan litologi ultrabasa harzburgit (Blok HZ) dan dunit (Blok DN) berumur Kapur hingga Jura, terletak di daerah Pulau Pakal, Halmahera Timur. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antar unsur kimia major dan minor terhadap nilai koefisien korelasi kuat hingga sangat kuat baik negatif maupun positif yang terdistribusi pada profil laterit nikel Blok HZ dan DN. Penelitian ini fokus pada identifikasi fisik mineralogi bedrock dan analisis kimia profil laterit nikel. Identifikasi fisik di Blok HZ melibatkan 436 conto berasal dari 19 pemboran, kedalaman 10 m hingga 40 m. Adapun identifikasi fisik di Blok DN melibatkan 650 conto berasal dari 16 pemboran, kedalaman 11 m hingga 57 m. Komposisi mineral di Blok HZ terdiri dari mineral oksida besi limonit, gutit, jarosit, dan oksida mangan (zona limonit); krisopras, garnierit, magnetit, hematit, serpentin-krisotil, dan stiktit (zona saprolit); olivin-forsterit, piroksen-ortopiroksen, dan kromit (zona boulder/bedrock). Sedangkan di Blok DN terdiri dari mineral oksida besi limonit, gutit, dan oksida mangan (zona limonit); krisopras, jarosit, garnierit, magnetit, hematit, mineral lempung montmorilonit, kuarsa, serpentin-krisotil, dan talk (zona saprolit), olivin-forsterit, piroksen-hastingsit, dan kromit (zona boulder/bedrock). Analisis statistik univariat menunjukkan distribusi data relatif tidak normal dengan koefisien variasi > 0,5. Pada analisis statistik multivariat mengindikasikan nilai koefisien korelasi positif maupun negatif pada zonasi laterit nikel berupa hubungan unsur yang sangat kuat (± 0,80 - 1,00) dengan jumlah korelasi dominan. Koefisien korelasi pada Blok HZ diantaranya mengindikasikan pasangan unsur yang berkorelasi sangat kuat yaitu: unsur major-major (Fe vs MgO, Fe vs SiO2, SiO2 vs MgO, dan MgO vs Al2O3), minor-minor (Co vs MnO) serta  major-minor (Al2O3 vs Cr2O3, Fe vs Co, Fe vs MnO, dan SiO2 vs Co). Sedangkan pada Blok DN pasangan unsur yang berkorelasi sangat kuat yaitu: unsur major-major (Fe vs MgO), minor-minor (Co vs MnO) dan major-minor (Fe vs Co, Fe vs Cr2O3, Fe vs MnO, MgO vs Co, dan MgO vs MnO). Hal ini berkaitan dengan posisi masing-masing korelasi distribusi unsur kimia major dan minor tersebut pada zona profil laterit nikel Limonit, Saprolit dan Boulder/Bedrock.

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biography

Euis Tintin Yuningsih, Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Bandung

1Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran

References

Ahmad, W., 2006, Laterites: fundamentals of chemistry, mineralogy, weathering processes, and laterite formation. PT INCO. 212 hal.

Apandi dan Sudana., 1980, Peta lembar Ternate, Maluku Utara. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Augusman, R. T., 2009, Analisis ketidakpastian dalam estimasi sumber daya nikel laterit menggunakan metode geostatistik, studi kasus endapan nikel laterit di Pulau Pakal, Halmahera Timur, Maluku Utara. Tesis. Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Brand, N. M., Butt C. R. M. and Elias, M., 1998, Nickel laterites: classification and features. AGSO Jounal of Australia Geology and Geophysics, Australia 17;81-88.

Elias, M., 2001, Global lateritic nickel resources. New Caledonian Nickel Conference. Pty Ltd CSA, Australia.

Elias, M., Butt. C. R. M., 2003, Nickel lateritic: A. Review. SEG Newsletter 54; 9-15.

Harraz, H. Z., 2015, Topic 8: Residual (eluvial or laterite) mineral deposits. 09 Desember 2015. http://www.slideshare.net/hzharraz/residualmineral deposits.

Harris, R., 2003, Geodynamic patterns of ophiolites and marginal basins in the indonesian and New Guinea Regions. Geological Society, London, Special Publications, 218 (1), pp.481-505.

Ishiwatari, A., 1994, Circum-Pacific Phanerozoic multiple ophiolite belts. In Circum-Pacific Ophiolites (Proceedings of the 29th IGC Ophiolite Symposium) (pp. 7-28).

Kadarusman, A., 2001, Geodynamic of Indonesian region; a petrological approaches. unpublished PhD Thesis. Tokyo Institute of Technology.456p.

Rinawan, F. I. W., Rosana, M. F., Patonah A., Agustini, S., 2013, Batuan ultramafik dan keterdapatan laterit nikel di Pulau Pakal, Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara. Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran, Bandung.

Sinclair, A. J., Blackwell, G. H. 2004, Applied mineral inventory estimation. Cambridge University Press, Cambridge.

Sugiyono. 1999, Statistik Untuk Penelitian. CV Alfabeta, Bandung.

Syafrizal, Heriawan, M. N., Notosiswoyo, S., Anggayana, K., Samosir, J. F., 2009, Hubungan kemiringan lereng dan morfologi dalam distribusi ketebalan horizon laterit pada endapan nikel laterit, studi lasus endapan laterit nikel Pulau Gee dan Pulau Pakal, Halmahera Timur, Maluku Utara. JTM Vol. XVI No. 3/2009.

Van Zuidam, R. A. 1985, Aerial photo-interpretation in terrain analysis and geomorphologic mapping. Smits Publishers. International Institute for Aerospace Survey and Earth Sciences.

Published
2018-11-29
Section
Buletin Sumber Daya Geologi